Gunung sinabung di kabupaten Karo, Sumut kembali meletus setelah tidur panjangnya. Gunung ini tidak menunjukkan tanda2 aktif setelah letusan terakhirnya sekitar 410 tahun lalu, namun kini gunung tersebut kembali meletus. Karena Tidak meletus selama ratusan tahun, gunung ini digolongkan menjadi gunung bertipe B, yaitu gunung api yang tidak mempunyai karakter meletus secara magnetik.
Jadi Sorotan International
Meletusnya Gunung Sinabung di Kabupaten Karo ini mendapat sorotan internasional. Berbagai media massa asing memberitakan meletusnya Sinabung. Reuters dalam tajuknya memberitakan, ribuan warga mengungsi karena letusan gunung api tersebut. Sinabung memuntahkan lahar sepanjang 1.500 meter dan mengeluarkan asap serta debu setinggi 5.000 kaki ke udara.
Disebutkan, dua orang tewas yang disebabkan masalah pernapasan dan serangan jantung terkait meletusnya Sinabung. Selain itu dua warga luka-luka dalam kecelakaan di jalan. Truk, ambulan, dan bis dikerahkan dalam operasi penyelamatan. Pemberitaan Reuters ini pun dilansir bermacam media dari berbagai negara, seperti Arab News dan The Star.
Kantor Berita Associated Press juga menyoroti meletusnya Sinabung dalam laporan yang berkelanjutan. Tak ketinggalan Foxnews dan Telegraph turut menyiarkan Sinabung lengkap dengan foto-fotonya. Begitu juga CNN, New York Times, Washington Post, dan Kantor Berita Cina Xinhua ikut memberitakan peristiwa bencana alam di Indonesia ini.
Kemiripan Gunung Sinabung dan Krakatau
Gunung Sinabung di Karo, Sumatera Utara yang telah lama menunjukkan tanda-tanda tidak aktif ini rupanya mempunyai kemiripan dengan Gunung Kratakau di Selatan Sunda. “Sesungguhnya Gunung Sinabung masih menyimpan potensi ledakan. Ada kemiripan situasi Gunung Sinabung sekarang dengan Gunung Krakatau sebelum meletus,” kata Staf Khusus Presiden Bidang Penanganan Bencana dan Sosial, Andi Arief, Minggu (29/8).
“Intensitas hujan yang tinggi, dan air hujan masuk ke kawah Sinabung sehingga berubah menjadi uap bertekanan tinggi. Hal itu memicu letusan freatik atau uap air, disertai abu vulkanik,” katanya. Nah, lanjut Andi, hal yang sama juga terjadi ketika Gunung Krakatau hendak meletus tahun 1883 lalu. “Kalau kita lihat beberapa sumber bacaan terjadinya letusan Krakatau 1883 hampir mirip, dimana air laut masuk kawah,” imbuhnya.
Kemiripan kedua, dinding Gunung Sinabung pun mulai runtuh, karena tekanan uap air mendidih bertekanan tinggi. Sebelum meletus, uap air Gunung Krakatau juga mendidih bertekanan tinggi dan meruntuhkan dinding Kratakau.
Uniknya, letusan Gunung Krakatau juga terjadi pada tanggal 26, 27, dan 28 Agustus tahun 1883. “Mudah-mudahan hanya kemiripan saja,” katanya.
Jadi Sorotan International
Meletusnya Gunung Sinabung di Kabupaten Karo ini mendapat sorotan internasional. Berbagai media massa asing memberitakan meletusnya Sinabung. Reuters dalam tajuknya memberitakan, ribuan warga mengungsi karena letusan gunung api tersebut. Sinabung memuntahkan lahar sepanjang 1.500 meter dan mengeluarkan asap serta debu setinggi 5.000 kaki ke udara.
Disebutkan, dua orang tewas yang disebabkan masalah pernapasan dan serangan jantung terkait meletusnya Sinabung. Selain itu dua warga luka-luka dalam kecelakaan di jalan. Truk, ambulan, dan bis dikerahkan dalam operasi penyelamatan. Pemberitaan Reuters ini pun dilansir bermacam media dari berbagai negara, seperti Arab News dan The Star.
Kantor Berita Associated Press juga menyoroti meletusnya Sinabung dalam laporan yang berkelanjutan. Tak ketinggalan Foxnews dan Telegraph turut menyiarkan Sinabung lengkap dengan foto-fotonya. Begitu juga CNN, New York Times, Washington Post, dan Kantor Berita Cina Xinhua ikut memberitakan peristiwa bencana alam di Indonesia ini.
Kemiripan Gunung Sinabung dan Krakatau
Gunung Sinabung di Karo, Sumatera Utara yang telah lama menunjukkan tanda-tanda tidak aktif ini rupanya mempunyai kemiripan dengan Gunung Kratakau di Selatan Sunda. “Sesungguhnya Gunung Sinabung masih menyimpan potensi ledakan. Ada kemiripan situasi Gunung Sinabung sekarang dengan Gunung Krakatau sebelum meletus,” kata Staf Khusus Presiden Bidang Penanganan Bencana dan Sosial, Andi Arief, Minggu (29/8).
“Intensitas hujan yang tinggi, dan air hujan masuk ke kawah Sinabung sehingga berubah menjadi uap bertekanan tinggi. Hal itu memicu letusan freatik atau uap air, disertai abu vulkanik,” katanya. Nah, lanjut Andi, hal yang sama juga terjadi ketika Gunung Krakatau hendak meletus tahun 1883 lalu. “Kalau kita lihat beberapa sumber bacaan terjadinya letusan Krakatau 1883 hampir mirip, dimana air laut masuk kawah,” imbuhnya.
Kemiripan kedua, dinding Gunung Sinabung pun mulai runtuh, karena tekanan uap air mendidih bertekanan tinggi. Sebelum meletus, uap air Gunung Krakatau juga mendidih bertekanan tinggi dan meruntuhkan dinding Kratakau.
Uniknya, letusan Gunung Krakatau juga terjadi pada tanggal 26, 27, dan 28 Agustus tahun 1883. “Mudah-mudahan hanya kemiripan saja,” katanya.
Bookmark this post: |
0 komentar:
Posting Komentar