1. Kualitas pribadi dan keilmuan ke empat madzhab itu sudah masyhur, jika disebut nama mereka hampir dapat dipastikan mayoritas umat Islam di dunia mengenal dan tidak perlu lagi menjelaskan secara detail.
2. Ke empat Imam madzhab tersebut merupakan Imam Mujtahid Mutlak Mustaqil, yaitu Imam Mujtahid yang mampu secara mandiri menciptakan Manhajul Fikr, pola, metode, proses dan prosedur istinbath dengan seluruh perangkat yang dibutuhkan. Sekelas Imam Ghazali saja belum mencapai derajat seperti empat Imam Madzhab itu, beliau masih mengikuti madzhab Imam Syafi`i.
3. Para Imam Madzhab itu mempunyai murid yang secara konsisten mengajar dan mengembangkan madzhabnya yang didukung buku induk yang masih terjamin keasliannya hingga saat ini.
4. Ternyata para Imam Madzhab itu mempunyai mata rantai dan jaringan intelektual diantara mereka.
Imam Abu Hanifah pada waktu menunaikan ibadah haji sempat bertemu dengan Imam Malik di Madinah. Hal itu merupakan pertemuan dua tokoh besar dari dua aliran yang berbeda. Imam Abu Hanifah sebagai tokoh aliran Ahlur Ra`yi, sedangkan Imam malik merupakan tokoh aliran Ahlul Hadits. Kedua tokoh ini sempat melakukan dialog ilmiah interaktif di Madinah, yang berakhir dengan sikap saling memuji dan mengakui kepakaran masing-masing di hadapan pengikutnya.
Peristiwa itu kemudian mendorong salah seorang murid senior Imam Abu Hanifah, yakni Imam Muhammad bin Hasan, belajar kepada Imam Malik di madinah selama dua tahun.
Imam Syafi`i yang cukup lama menjadi murid Imam malik dan selama sembilan tahun mengikuti madzhab Maliki, tertarik mempelajari madzhab Hanafi. Ia berguru kepada Imam Muhammad bin Hasan yang waktu itu menggantikan Abu Hanifah yang sudah wafat.
Ternyata Imam Muhammad bin Hasan ini sudah pernah bertemu akrab dengan Imam Syafi`i sewaktu sama-sama belajar kepada Imam Malik di Madinah. Diantara keduanya saling tertarik dan mengagumi. Itu terbukti, waktu Imam Syafi`i ditangkap oleh pemerintah Abbasiyah karena fitnah terlibat gerakan `Alawiyah di Yaman, yang membela dan memberikan jaminan adalah Imam Muhammad bin Hasan.
Dan yang terakhir, selama Imam Syafi’i berada di Baghdad yang kedua, Imam Ahmad bin Hanbal cukup lama belajar kepada Imam Syafi`i. Kalau diperhatikan, ternyata keempat imam madzhab tersebut mempunyai sekap tawadhdhu` dan saling menghormati. Dan popularitas masing-masing tidak mempengaruhi sikap dan perilaku akhlaqul karimahnya. Itu merupakan citra terpuji dari para pemegang amanah keilmuan yang luar biasa. Hal demikian patut diteladani oleh para pengikut madzhab selanjutnya.
2. Ke empat Imam madzhab tersebut merupakan Imam Mujtahid Mutlak Mustaqil, yaitu Imam Mujtahid yang mampu secara mandiri menciptakan Manhajul Fikr, pola, metode, proses dan prosedur istinbath dengan seluruh perangkat yang dibutuhkan. Sekelas Imam Ghazali saja belum mencapai derajat seperti empat Imam Madzhab itu, beliau masih mengikuti madzhab Imam Syafi`i.
3. Para Imam Madzhab itu mempunyai murid yang secara konsisten mengajar dan mengembangkan madzhabnya yang didukung buku induk yang masih terjamin keasliannya hingga saat ini.
4. Ternyata para Imam Madzhab itu mempunyai mata rantai dan jaringan intelektual diantara mereka.
Imam Abu Hanifah pada waktu menunaikan ibadah haji sempat bertemu dengan Imam Malik di Madinah. Hal itu merupakan pertemuan dua tokoh besar dari dua aliran yang berbeda. Imam Abu Hanifah sebagai tokoh aliran Ahlur Ra`yi, sedangkan Imam malik merupakan tokoh aliran Ahlul Hadits. Kedua tokoh ini sempat melakukan dialog ilmiah interaktif di Madinah, yang berakhir dengan sikap saling memuji dan mengakui kepakaran masing-masing di hadapan pengikutnya.
Peristiwa itu kemudian mendorong salah seorang murid senior Imam Abu Hanifah, yakni Imam Muhammad bin Hasan, belajar kepada Imam Malik di madinah selama dua tahun.
Imam Syafi`i yang cukup lama menjadi murid Imam malik dan selama sembilan tahun mengikuti madzhab Maliki, tertarik mempelajari madzhab Hanafi. Ia berguru kepada Imam Muhammad bin Hasan yang waktu itu menggantikan Abu Hanifah yang sudah wafat.
Ternyata Imam Muhammad bin Hasan ini sudah pernah bertemu akrab dengan Imam Syafi`i sewaktu sama-sama belajar kepada Imam Malik di Madinah. Diantara keduanya saling tertarik dan mengagumi. Itu terbukti, waktu Imam Syafi`i ditangkap oleh pemerintah Abbasiyah karena fitnah terlibat gerakan `Alawiyah di Yaman, yang membela dan memberikan jaminan adalah Imam Muhammad bin Hasan.
Dan yang terakhir, selama Imam Syafi’i berada di Baghdad yang kedua, Imam Ahmad bin Hanbal cukup lama belajar kepada Imam Syafi`i. Kalau diperhatikan, ternyata keempat imam madzhab tersebut mempunyai sekap tawadhdhu` dan saling menghormati. Dan popularitas masing-masing tidak mempengaruhi sikap dan perilaku akhlaqul karimahnya. Itu merupakan citra terpuji dari para pemegang amanah keilmuan yang luar biasa. Hal demikian patut diteladani oleh para pengikut madzhab selanjutnya.
Salam Metal Blogspot Buat Meta Bollizer
Bookmark this post: |
wah, dapat dari mana neh? koq bisa yakin banget akan NU?
BalasHapusDpt dri berbagai sumber
BalasHapus